Add your promotional text...
Meningkatkan Literasi Anak Pasca Pandemi: Strategi Efektif dan Berkelanjutan
Deskripsi postingan blo Apa yang terjadi pada minat baca anak dalam masa pandemi? Bagaimana meningkatkan literasi anak pasca pandemi?g
by frakhma
12/25/20238 min read


Meningkatkan Literasi Anak Pasca Pandemi: Strategi Efektif dan Berkelanjutan
Apa yang terjadi pada minat baca anak dalam masa pandemi? Bagaimana meningkatkan literasi anak pasca pandemi?
Bagaimana Literasi Anak Pasca Pandemi
Apa ada pengaruh pandemi terhadap literasi anak? Tentu saja. Bagaimana tidak, selama hampir 2 tahun penuh anak-anak bersekolah di rumah, tidak leluasa beraktifitas di luar rumah. Dan mereka terpaksa sangat dekat dengan gadget. Suka tidak suka, lebih mudah mencari informasi di internet daripada di buku atau perpustakaan. Apa kabar minat bacanya? Anjlok sampai ke dasar.
Dipikir-pikir apa masih ada manfaat literasi pada anak jaman ‘now’? Tidak bisa dipungkiri, perpustakaan pun harus mengikuti perkembangan jaman dengan hadir secara digital. Tapi jika minat baca saja lenyap, bagaimana dengan literasi?
Padahal literasi bukan hanya masalah kemampuan anak membaca dan menulis serta berhitung saja. Dilansir laman UNESCO, literasi merupakan bagian dari keterampilan yang lebih besar meliputi keterampilan digital, literasi media, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan kewarganegaraan global serta keterampilan khusus pekerjaan.
Lalu apa pentingnya literasi? Selain merupakan hak atas pendidikan, dengan literasi juga dapat ditingkatkan kehidupan. Yakni dengan bertambah luasnya kemampuan maka dapat mengurangi kemiskinan, menambah keikutsertaan dalam pasar tenaga kerja dan memberi dampak positif pada kesehatan serta pembangunan berkelanjutan.
Tantangan Literasi Anak Pasca Pandemi
Pandemi memaksa anak-anak bersekolah dari rumah demi keselamatan, tetapi hal ini mengurangi banyak keaktifan anak-anak dalam bersosialisasi dengan rekan sebayanya. Anak-anak masih dapat bersentuhan dengan rekan sebaya secara online, akan tetapi ada kemampuan sosial yang akan berkurang. Seperti kemampuan beradaptasi, keterampilan dalam berelasi, perilaku disiplin yang justru sangat terbantu manakala dilaksanakan bersama teman.
Adakah dampaknya pada keterampilan literasi anak? Bisa dibilang berdampak, meski pada setiap anak tentu akan sangat beragam dampaknya. Untuk anak yang mempunyai minat membaca, bukan hal yang sulit jika harus mengerjakan tugas sehubungan dengan literasi.
Masalahnya tidak semua anak sedemikian cintanya dengan buku atau membaca. Anak-anak yang tak memiliki minat membaca cukup besar, umumnya akan tetap termotivasi jika proses membaca atau analisis cerita itu dilaksanakan bersama-sama dengan temannya. Setidaknya mereka merasa senang, sehingga tetap bisa melaksanakan proses membaca tadi tanpa tersiksa.
Secara kasar memang terasa kemundurannya. Anak malas mencari referensi, cenderung malas membaca. Lebih suka bertanya langsung jawabannya. Baik ke internet atau orang yang dirasa bisa memberikan jawaban.
Strategi Meningkatkan Literasi Anak Pasca Pandemi
Proses belajar akan sulit dilaksanakan pada masa yang akan datang jika pembiasaan membaca ini dibiarkan menjadi momok bagi anak-anak. Apa yang bisa dilakukan? Banyak PR tentunya yang harus dikerjakan untuk mengejar ketertinggalan selama pandemi. Memulainya akan butuh tenaga yang lebih berat bagi para pembimbing di sekolah.
Benar, akan lebih baik jika ada peran serta orang tua untuk kembali membiasakan kegiatan literasi ini. Sehingga diharapkan akan lebih cepat mengejar ketertinggalan ini. Untuk mendukung literasi di rumah bisa dimulai dengan melaksanakan kegiatan membaca bersama di rumah, lalu bisa juga diteruskan dengan kegiatan diskusi menganalisa apa yang dibaca, atau justru dengan bermain peran.
Akan sangat membantu jika orang tua bisa menghadirkan buku di rumah. Menjadikan kegiatan literasi lebih menyenangkan saat dilaksanakan bersama-sama. Tak harus membeli buku jika dirasa memberatkan. Ajak saja anak-anak meminjam buku di perpustakaan. Bukankah pemerintah membangun perpustakaan di setiap kota? Bisa kita manfaatkan.
Bagaimana dengan kegiatan belajar online? Bisakah efektif? Terlalu banyak tantangannya bukan? Mulai dari sinyal yang datang dan pergi, suara yang tak terdengar, sampai situasi dan kondisi yang tidak kondusif karena dilaksanakan dari rumah. Tetapi bisa dicoba juga dengan melakukan pembelajaran yang interaktif. Banyak melibatkan peserta ajar, jadi dari dua arah. Menghindari ngantuk dan konsentrasi yang gampang terganggu.
Bimbingan orang tua pasti sangat dibutuhkan. Suka tak suka anak-anak harus bersentuhan dengan gadget. terpaksa online membuat anak jadi melek teknologi lebih cepat. Inilah peran orang tua dibutuhkan, mendampingi anak serta memberi benteng secara langsung atau tidak langsung. Meleng sedikit, maka anak hilang entah kemana.
Sekolah tak bisa ongkang-ongkang kaki, karena seringkali proses ‘memaksa’ anak membaca justru berhasil jika dilaksanakan sekolah. Saat definisi guru itu digugu dan ditiru benar-benar terjadi. Apa yang bisa dilakukan sekolah? Bisa dicoba membuat program yang intensif untuk kegiatan literasi. Menyelipkan diskusi untuk menganalisa, atau diikuti mempresentasikan hasil diskusinya.
Masih terasa membosankan atau ‘B’ aja, alias biasa aja? Untuk generasi Z tentu lebih menarik jika melibatkan teknologi. Menonton video, atau malah membuat video bisa dijadikan cara membiasakan dengan literasi. Memang eranya, tak bisa dipungkiri. Jadi mari jadikan teknologi sarana yang membantu, tak bisa dimusuhi.
Membangun Minat Membaca pada Anak
Bisakah minat baca anak dibangun? Kenapa tidak?! Tambahkan koleksi buku. Apa akan membuat mereka tertarik. Pilihlah buku yang menarik minat anak, baik secara isi maupun kemasan. Sudah banyak pilihan sekarang. Mulai dari buku yang ada ‘pop up’-nya sampai buku yang bisa dibuat terkoneksi dengan aplikasi. Wow ya?!
Ada banyak genre yang disajikan belakangan ini. Kalau anak-anak milenial hanya bisa bertemu komik fiksi detektif atau superhero science fic selain percintaan, tapi sekarang bahkan sudah disajikan fanfiction berbumbu romantisme dalam bentuk video dari gambar 2 dimensi. Sangat menarik. Betapa luasnya pilihan genre yang bisa dipilih dewasa ini. Perkembangan jaman benar-benar mempengaruhi pilihan genre yang muncul.
Jika dulu naskah harus ditampilkan orang, wayang atau animasi, maka sekarang bahkan aplikasi bisa menciptakan tokoh karangan sesuai keinginan pembuatnya. Munculnya budaya idol, atau transfer budaya dari negara lain juga sudah sangat mudah ditemui. Semua pengaruh globalisasi membumbui cerita yang ditampilkan. Makin luas dan beragam.
Menyediakan Sumber Daya dan Dukungan
Mengikuti perkembangan zaman yang serba digital, usaha peningkatan literasi pun harusnya ikut berkembang. Memasukkan unsur digital dalam penyediaan informasi. Perpustakaan tak lagi bisa dengan bentuk yang konvensional. Penyediaan perpustakaan masyarakat juga harus senyaman kafe. Fasilitas wifi gratis seperti kafe juga jadi keharusan. Minimal menjadi daya tarik.
Tapi bisakah peningkatan literasi ini kita lakukan sendiri sebagai pribadi tanpa peran serta orang lain? Mungkin bisa, hanya berapa lama bertahan? Komunitas lah jawabannya, agar usaha ini dapat berjalan dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. Berkumpul pun tak harus offline. Komunitas online bisa dibentuk untuk menggerakkan kesadaran literasi di semua lini.
Monitor Kemajuan dan Evaluasi
Setelah semua usaha peningkatan literasi anak ini, bagaimana kita tahu apakah ada peningkatan atau tidak pada literasi anak? memang harus diukur, apakah frekuensi anak membaca atau bagaimana respon pribadi anak terhadap kegiatan literasi. Dengan mengukur maka kita dapat melakukan evaluasi literasi anak untuk masa yang akan datang. Apakah terjadi peningkatan atau tidak.
Dari evaluasi literasi anak ini pada akhirnya kita bisa menentukan langkah selanjutnya. Program dan metode apa yang berhasil, atau mana yang perlu diganti. Tentu harapannya peningkatan literasi ini merupakan suatu proses yang berkelanjutan, bahkan berkembang lebih luas lagi. Memberi manfaat yang lebih luas lagi bagi anak-anak maupun lingkungannya.
Pentingnya Kolaborasi dalam Meningkatkan Literasi Anak
Pandemi memaksa anak-anak bersekolah dari rumah demi keselamatan, tetapi hal ini mengurangi banyak keaktifan anak-anak dalam bersosialisasi dengan rekan sebayanya. Anak-anak masih dapat bersentuhan dengan rekan sebaya secara online, akan tetapi ada kemampuan sosial yang akan berkurang. Seperti kemampuan beradaptasi, keterampilan dalam berelasi, perilaku disiplin yang justru sangat terbantu manakala dilaksanakan bersama teman.
Adakah dampaknya pada keterampilan literasi anak? Bisa dibilang berdampak, meski pada setiap anak tentu akan sangat beragam dampaknya. Untuk anak yang mempunyai minat membaca, bukan hal yang sulit jika harus mengerjakan tugas sehubungan dengan literasi.
Masalahnya tidak semua anak sedemikian cintanya dengan buku atau membaca. Anak-anak yang tak memiliki minat membaca cukup besar, umumnya akan tetap termotivasi jika proses membaca atau analisis cerita itu dilaksanakan bersama-sama dengan temannya. Setidaknya mereka merasa senang, sehingga tetap bisa melaksanakan proses membaca tadi tanpa tersiksa.
Secara kasar memang terasa kemundurannya. Anak malas mencari referensi, cenderung malas membaca. Lebih suka bertanya langsung jawabannya. Baik ke internet atau orang yang dirasa bisa memberikan jawaban.
Strategi Meningkatkan Literasi Anak Pasca Pandemi
Proses belajar akan sulit dilaksanakan pada masa yang akan datang jika pembiasaan membaca ini dibiarkan menjadi momok bagi anak-anak. Apa yang bisa dilakukan? Banyak PR tentunya yang harus dikerjakan untuk mengejar ketertinggalan selama pandemi. Memulainya akan butuh tenaga yang lebih berat bagi para pembimbing di sekolah.
Benar, akan lebih baik jika ada peran serta orang tua untuk kembali membiasakan kegiatan literasi ini. Sehingga diharapkan akan lebih cepat mengejar ketertinggalan ini. Untuk mendukung literasi di rumah bisa dimulai dengan melaksanakan kegiatan membaca bersama di rumah, lalu bisa juga diteruskan dengan kegiatan diskusi menganalisa apa yang dibaca, atau justru dengan bermain peran.
Akan sangat membantu jika orang tua bisa menghadirkan buku di rumah. Menjadikan kegiatan literasi lebih menyenangkan saat dilaksanakan bersama-sama. Tak harus membeli buku jika dirasa memberatkan. Ajak saja anak-anak meminjam buku di perpustakaan. Bukankah pemerintah membangun perpustakaan di setiap kota? Bisa kita manfaatkan.
Bagaimana dengan kegiatan belajar online? Bisakah efektif? Terlalu banyak tantangannya bukan? Mulai dari sinyal yang datang dan pergi, suara yang tak terdengar, sampai situasi dan kondisi yang tidak kondusif karena dilaksanakan dari rumah. Tetapi bisa dicoba juga dengan melakukan pembelajaran yang interaktif. Banyak melibatkan peserta ajar, jadi dari dua arah. Menghindari ngantuk dan konsentrasi yang gampang terganggu.
Bimbingan orang tua pasti sangat dibutuhkan. Suka tak suka anak-anak harus bersentuhan dengan gadget. terpaksa online membuat anak jadi melek teknologi lebih cepat. Inilah peran orang tua dibutuhkan, mendampingi anak serta memberi benteng secara langsung atau tidak langsung. Meleng sedikit, maka anak hilang entah kemana.
Sekolah tak bisa ongkang-ongkang kaki, karena seringkali proses ‘memaksa’ anak membaca justru berhasil jika dilaksanakan sekolah. Saat definisi guru itu digugu dan ditiru benar-benar terjadi. Apa yang bisa dilakukan sekolah? Bisa dicoba membuat program yang intensif untuk kegiatan literasi. Menyelipkan diskusi untuk menganalisa, atau diikuti mempresentasikan hasil diskusinya.
Masih terasa membosankan atau ‘B’ aja, alias biasa aja? Untuk generasi Z tentu lebih menarik jika melibatkan teknologi. Menonton video, atau malah membuat video bisa dijadikan cara membiasakan dengan literasi. Memang eranya, tak bisa dipungkiri. Jadi mari jadikan teknologi sarana yang membantu, tak bisa dimusuhi.
Membangun Minat Membaca pada Anak
Bisakah minat baca anak dibangun? Kenapa tidak?! Tambahkan koleksi buku. Apa akan membuat mereka tertarik. Pilihlah buku yang menarik minat anak, baik secara isi maupun kemasan. Sudah banyak pilihan sekarang. Mulai dari buku yang ada ‘pop up’-nya sampai buku yang bisa dibuat terkoneksi dengan aplikasi. Wow ya?!
Ada banyak genre yang disajikan belakangan ini. Kalau anak-anak milenial hanya bisa bertemu komik fiksi detektif atau superhero science fic selain percintaan, tapi sekarang bahkan sudah disajikan fanfiction berbumbu romantisme dalam bentuk video dari gambar 2 dimensi. Sangat menarik. Betapa luasnya pilihan genre yang bisa dipilih dewasa ini. Perkembangan jaman benar-benar mempengaruhi pilihan genre yang muncul.
Jika dulu naskah harus ditampilkan orang, wayang atau animasi, maka sekarang bahkan aplikasi bisa menciptakan tokoh karangan sesuai keinginan pembuatnya. Munculnya budaya idol, atau transfer budaya dari negara lain juga sudah sangat mudah ditemui. Semua pengaruh globalisasi membumbui cerita yang ditampilkan. Makin luas dan beragam.
Menyediakan Sumber Daya dan Dukungan
Mengikuti perkembangan zaman yang serba digital, usaha peningkatan literasi pun harusnya ikut berkembang. Memasukkan unsur digital dalam penyediaan informasi. Perpustakaan tak lagi bisa dengan bentuk yang konvensional. Penyediaan perpustakaan masyarakat juga harus senyaman kafe. Fasilitas wifi gratis seperti kafe juga jadi keharusan. Minimal menjadi daya tarik.
Tapi bisakah peningkatan literasi ini kita lakukan sendiri sebagai pribadi tanpa peran serta orang lain? Mungkin bisa, hanya berapa lama bertahan? Komunitas lah jawabannya, agar usaha ini dapat berjalan dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. Berkumpul pun tak harus offline. Komunitas online bisa dibentuk untuk menggerakkan kesadaran literasi di semua lini.
Monitor Kemajuan dan Evaluasi
Setelah semua usaha peningkatan literasi anak ini, bagaimana kita tahu apakah ada peningkatan atau tidak pada literasi anak? memang harus diukur, apakah frekuensi anak membaca atau bagaimana respon pribadi anak terhadap kegiatan literasi. Dengan mengukur maka kita dapat melakukan evaluasi literasi anak untuk masa yang akan datang. Apakah terjadi peningkatan atau tidak.
Dari evaluasi literasi anak ini pada akhirnya kita bisa menentukan langkah selanjutnya. Program dan metode apa yang berhasil, atau mana yang perlu diganti. Tentu harapannya peningkatan literasi ini merupakan suatu proses yang berkelanjutan, bahkan berkembang lebih luas lagi. Memberi manfaat yang lebih luas lagi bagi anak-anak maupun lingkungannya.
Pentingnya Kolaborasi dalam Meningkatkan Literasi Anak
Jadi meningkatkan literasi anak harus melibatkan semua pihak. Baik orang tua, sekolah, maupun pemerintah. Semua harus berkolaborasi dalam usaha meningkatkan literasi anak. Akan cepat jika dilaksanakan sendiri, akan tetapi tak akan jauh jangkauanya.
Tidakkah harapannya tak hanya literasi anak meningkat, akan tetapi juga kehidupan anak-anak dan ekonomi bangsa ini terus mengalami peningkatan? Tidak semudah membalikkan telapak tangan pasti, tapi kenapa tak dicoba saja. Toh tak akan rugi. Yuk mulai dari sekarang, dari kita, dalam cakupan terkecil yang kita bisa. Sejauh tangan dapat menggapai.
Semoga membantu.
Salam Literasi,
by_frakhma